PGN 2020.03.01. 3 partai. Tidak lengkap. Mohon bantuan pembaca untuk melengkapi partai.
Unduh
Mainkan
Grup A. 1960.11.01-10. Setengah Kompetisi 7 babak. 8 pemain.
Grup B. 1960.11.01-10. Setengah Kompetisi 7 babak. 8 pemain.
GM Yuri Lvovich Averbakh dari Uni Soviet mengunjungi Indonesia untuk kedua kali. Kunjungan pertamanya pada tahun 1956. Kali ini ia tidak sendiri. Ia ditemani oleh pemain penuh harapan Vladimir Konstantinovich Bagirov.
Averbakh yang berusia 38 tahun masih pada puncak permainannya. Tahun 1960 tsb ia menjadi juara kedua dalam Turnamen Hastings, Inggris, hanya di bawah GM Svetozar Gligorić. Beberapa minggu sebelum ia tiba di Jakarta, Averbakh menjuarai sebuah turnamen di Adelaide, Australia.
Juara Azerbaijan berkali-kali Bagirov relatif kurang dikenal di luar Uni Soviet. Prestasi terakhirnya yang pantas dikemukakan adalah tempat ke-4 dalam semifinal Kejuaraan Nasional Uni Soviet 1959 yang bergengsi tsb. Ia lolos ke final tahun 1960.
Percasi menyelenggarakan dua turnamen 8-lomba untuk menghormati pemain-pemain tsb. Sayang Indonesia tidak dapat menampilkan seluruh pemain-pemain terbaiknya. Even ini bertabrakan dengan Olimpiade Catur di Leipzig, Jerman Timur dan Zonal 10 FIDE di Sydney, Australia. Jadi para penggemar tidak dapat menyaksikan Max Arie Wotulo, Abubakar Baswedan, Arovah Bachtiar, dan terutama Juara Nasional bertahan Baris Hutagalung. Di antara pemain-pemain elit Indonesia hanya Lim Hong Gie dan MHS Nainggolan yang berpartisipasi.
Sedemikian halnya, hanya kedua pemain tsb yang dapat memberikan perlawanan memadai kepada pemain-pemain tamu. Bagirov dipaksa remis oleh Nainggolan. Averbakh bahkan harus menanggung konsekuensi lebih jauh. Ahli teori permainan akhir kelas dunia ini mengambil jalur yang keliru dalam permainan akhir menteri yang sebenarnya berimbang dalam partainya melawan Lim Hong Gie. Pemain Indonesia berusia 20 tahun ini menyudahi perlawanan Averbakh dalam 77 langkah. Namun hal ini tidak menghalangi pemain-pemain Uni Soviet ini untuk memenangkan even ini. Mereka menyapu bersih sisa lawannya sementara Nainggolan dan Lim kehilangan angka-angka penting dari rekan senegaranya.