Orang-orang yang menakjubkan di Japfa Comfeed Indonesia melakukannya lagi. Sekarang festival catur tahunan mereka hanya satu langkah lagi mencapai dua angka. Selain dari festival yang meriah ini mereka menggelar turnamen GM setengah kompetisi pada tahun 2014. Turnamen seperti ini terakhir kali digelar di Indonesia 6 tahun yang lalu yaitu Sirkuit Master ASEAN Ke-1 Putaran Ke-1 di Tarakan, Kalimantan Timur, 2008.
Turnamen ini melibatkan lima pemain Indonesia dan lima pemain asing. GM Belanda Sergei Tiviakov adalah unggulan teratas. Unggulan selanjutnya adalah GM Suat Atalik dari Turki. Tuan rumah menumpukan harapannya pada pemain veteran MI Denny Juswanto dan bintang yang tengah menanjak MI Farid Firman Syah. Mereka diharapkan untuk meraih norma GM. Juswanto hanya perlu satu norma lagi untuk melengkapi gelar GM-nya.
Juswanto dan Firman Syah membuka rekening mereka dengan kemenangan masing-masing atas pemain Filipina MI Rolando Nolte dan pemain Vietnam MI Nguyễn Huỳnh Minh Huy. Pada babak 2 Juswanto membuang satu peluru sia-sia. Ia kalah dari rekan senegaranya yang lebih muda MF Luthfi Ali. Firman Syah mampu menjaga tingkat permainannya. Ia memimpin sendirian hingga babak 3. Pada babak 5 ia masih berada di tempat teratas tapi harus membaginya dengan Tiviakov dan Atalik. Juswanto berada di tempat berikutnya dengan selisih setengah angka. Malang bagi kedua pencari norma GM ini performa mereka menurun dari sini. Mereka hanya mampu menambah satu VP lagi dalam sisa babak. Sang juara Tiviakov membuat kompensasi atas awalnya yang lambat. Ia mencetak kemenangan empat kali berturut-turut pada empat babak terakhir.
Turnamen berakhir tanpa satu pun pemain Indonesia yang cukup bagus untuk merebut norma GM. Pemain tamu Nguyễn Huỳnh Minh Huy merupakan satu-satunya pemain yang dapat melakukannya. Waktu berlalu bagi Danny Juswanto yang berusia 55 tahun. Secara keseluruhan permainannya terlihat lamban. Barangkali keikutsertaannya dalam turnamen ini merupakan kejutan baginya. Turnamen internasional setengah kompetisi terakhirnya adalah 10 tahun lalu, Makita Lakoni 2004.
Menyelenggarakan turnamen GM setengah kompetisi bukan sesuatu yang biasa bagi negara bukan catur seperti Indonesia. Jadi ketika kita melakukannya, kita perlu membuat target yang jelas. Mengatakan bahwa ‘pemain kita telah bermain baik sesuai dengan ratingnya’ atau ‘bagus sebagai bagian dari proses belajar’ tidaklah memadai. GM Utut Adianto, ketua panitia penyelenggara dan Wakil Ketua Umum Percasi, tidak dapat menyembunyikan kekecewaanya. Ia berkata pada upacara penutupan, “….PB Percasi telah berupaya semaksimal mungkin bekerjasama dengan berbagai pihak untuk menyelenggarakan turnamen-turnamen catur baik tingkat nasional maupun tingkat internasional, namun kalau tidak diimbangi dengan kerja keras para pecatur untuk memacu prestasinya, maka sangat sayang sekali turnamen yang sudah terselenggara dengan biaya yang cukup besar tidak dimanfaatkan secara maksimal…”