Kecurangan dalam catur bisa berbagai bentuk. Satu di antaranya adalah partai yang diatur seperti yang terjadi dalam even ini. Ds FKN Harahap dalam Sejarah Catur Indonesia menulis, “MHS Nainggolan yang sudah cepat harus memberi point kepada ‘orang yang lebih muda usia’ yang mau diorbitkan menjadi kesal sekali sampai-sampai kehilangan gairah, lalu berakhir pada tempat terakhir! Demikian Arovah Bachtiar, juara bertahan, mengaku menjadi ‘muak’ lalu bermain amat lesu.”
Even ini tidak seluruhnya merupakan cerita sedih.
Sekarang Indonesia memiliki juara baru Jacobus Sawandar Sampouw yang berusia 28 tahun. Gaya permainannya menarik. Pemain kelahiran Ujung Pandang ini cenderung bermain posisi dengan perhatian besar kepada rincian pembukaan, sesuatu yang tidak kita temui dari juara-juara terdahulu seperti Bachtiar atau Ardiansyah.
Kabar gembira lainnya adalah kemunculan Monang Sinulingga, jago dari Tanah Karo, Sumatera Utara. Ia yang sebelumnya tidak banyak dikenal orang mampu menempati lima besar. Sinulingga mengalahkan pemain-pemain Olimpiade, Ardiansyah, Eddy Suwandhio, dan Tigor Hutagalung. Ia adalah pemain alam yang tidak tahu banyak tentang teori catur. Media membesar-besarkan mitos bahwa ia buta huruf yang tentu saja tidak benar. Sinulingga kemudian menjadi pemain yang sangat terkenal di Indonesia.