Almarhumah Anniswati adalah isteri Ketua Umum Percasi saat itu, Machnan R Kamaluddin. Sudah sewajarnya bila sebuah turnamen catur wanita nasional digelar atas namanya.
Menurut penyelenggara turnamen ini dimaksudkan untuk menyegarkan kembali catur wanita Indonesia. Indonesia menempati tempat terhormat yaitu ke-11 dalam Olimpiade Catur Wanita 1996 di Yerevan, Armenia. Namun sejak kemenangan Upi Darmayana Tamin dalam Kejuaraan Asia setahun kemudian, catur Indonesia mengalami keterpurukan.
Turnamen memiliki dua seksi yakni klasik dan cepat. Sebagian besat pemain wanita kelas satu Indonesia terjun ke arena. Pemain-pemain olimpiade MIW Upi Tamin, Evi Lindiawati, dan Steven Punyanan, dan pemain-pemain berpengalaman seperti Lamria Situmeang dan Suhariyani, untuk menyebutkan beberapa saja, berada di antara mereka.
Pemain-pemain yang menempati sepuluh besar dalam kedua seksi hampir sama. Hanya urutannya yang berbeda. Tamin dan pemain berusia 16 tahun Lindiawati bertukar tropi. Pemain veteran Tamin memenangkan seksi klasik sementara seksi cepat menjadi milik pemain yang lebih muda. Lindiawati hampir menyapu bersih kedua seksi. Ia dan Tamin mencetak VP yang sama, 7,5, dalam seksi klasik. Kurang beruntung baginya Tamin memiliki angka tie-break yang lebih baik.
Selain juara-juara di atas pemain lain yang mencuri perhatian adalah Irene Kharisma Sukandar dari Sumatera Selatan. Pemain yang baru berusia 10 tahun ini dengan sukses menyingkirkan pemain-pemain yang jauh berpengalaman. Ia menduduki tempat ke-7 dalam seksi klasik dan ke-11 dalam seksi cepat.