1982.02.08-03.13. Setengah Kompetisi 25 babak. 26 pemain. Rating rata-rata 2471. Kategori IX. Norma GM 17,5. Norma MI 12,5. Gelar GM: Ronald Watson Henley.
Even ini adalah turnamen raksasa. Turnamen dengan 26 peserta ini merupakan turnamen setengah kompetisi terbesar setelah Perang Dunia II. Kualitas peserta juga menonjol: 18 GM, 5 MI, 2 MF, dan hanya 1 pemain non-gelar. Pemain-pemain elit dunia yang hadir adalah GM Vlastimil Hort, GM Zoltán Ribli, GM Walter Browne, GM Larry Christiansen, GM Gennadi Sosonko, GM Anthony Miles, dan GM Florin Gheorghiu. Even ini diselenggarakan hampir 1 bulan di dua kota, Solo (Surakarta), Jawa Tengah, dan Denpasar, Bali.
Bila seorang pemain mencetak norma GM dalam turnamen ini ia tidak membutuhkan norma lagi karena turnamen ini memiliki 25 babak. Menurut aturan FIDE saat itu untuk memperoleh gelar GM seorang pemain harus mencetak norma GM dalam 24 babak. Turnamen ini masuk kategori IX yang membutuhkan 70% angka untuk mencetak norma GM. Kelihatan mudah? 70% dari 25 babak berarti 17,5 VP. Dibutuhkan nilai plus 10!
MI Murray Chandler dari Selandia Baru, MI Ronald Henley dari AS, dan, tentu saja, pemain tuan rumah MI Ardiansyah, tidak menyembunyikan niat mereka untuk memperoleh gelar GM di turnamen ini. Chandler dan Henley telah mengantongi satu norma GM. Ardiansyah telah menjadi MI sejak 1969. Kini saat yang tepat untuk meningkatkan gelarnya.
Turnamen ini menghasilkan banyak partai hebat sejak paruh pertama. Berikut ini salah satu contoh:
Walter Browne-Murray Chandler, Solo 1982
Hitam terlihat jelas akan menang namun Chandler melakukannya dengan indah. Setelah 48…Rg6!! 49.a4 Rh5 50.a5 B4xf3+! Putih menyerah. Ia tidak mampu mencegah g5# syah mat.
Ketiga MI masih berpeluang besar untuk mengejar gelar GM ketika turnamen berlangsung setengah jalan. Chandler dan Henley memiliki masing-masing 8 VP, hanya berselisih setengah angka dengan pemimpin tunggal Hort. Ardiansyah di urutan selanjutnya dengan 7,5 VP. MI Indonesian yang bersemangat ini mensia-siakan peluang besar untuk memimpin bersama Hort. Ia menderita kekalahan yang tidak perlu dari rekan senegaranya MI Arovah Bachtiar.
Pada paruh kedua Browne pindah ke gigi tinggi. Orang Amerika ini menang empat partai berturut-turut pada babak 13-16. Ia mengalahkan Bachtiar, Miles, GM Orestes Rodrigues, dan MF Ronny Gunawan. Ia sekarang memiliki 12 VP unggul satu angka penuh dari saingan terdekatnya. Para pengejar gelar GM posisinya masih baik. Chandler bergabung dengan GM Larry Christiansen di tempat kedua dengan 11 VP. Kelompok selanjutnya terdiri dari Ardiansyah, Henley, dan Hort dengan 10 VP.
Saat menentukan bagi Ardiansyah datang pada babak 20. Setelah pertarungan panjang 64 langkah dengan Christiansen, ia harus merobohkan rajanya. Harapan Ardiansyah untuk meraih gelar GM sirna sudah. Browne terus memimpin dengan keunggulan satu angka penuh. Ia dibayang-bayangi oleh Chandler dan Christiansen.
Mendekati akhir turnamen para pemain mulai lelah. Mereka tidak punya tenaga lagi untuk bermain sepenuhnya. Hujan remis GM tidak terelakkan. Chandler dan Henley merupakan pengecualian. Mereka masih bermain sebaik-baiknya untuk menang. Dua babak menjelang akhir keduanya memiliki 15,5 VP yang berarti mereka tidak boleh kehilangan angka lagi pada babak berikutnya.
Dalam dua babak terakhir Chandler dipasangkan dengan Ardiansyah dan GM Ivan Radulov sementara Henley harus bermain dengan Bachtiar dan Miles. Tampaknya Chandler mendapat tugas yang lebih mudah daripada Henley. Ardiansyah yang telah patah semangat hanya mencetak setengah angka pada tiga babak terakhir. Radulov adalah salah satu dari GM terbaik Bulgaria tapi di atas kertas tidak dianggap setangguh Miles.
Partai antara Chandler dan Ardiansyah menampilkan banyak kesalahan dari kedua belah pihak. Chandler memilih Serangan Inggris dari Sisilia Najdorf. Melawan pemain dengan kemampuan taktis yang hebat seperti Ardiansyah, pilihan tajam ini terbukti tidak bijaksana. Anak muda dari Selandia Baru ini kehilangan arah pada fase permainan tengah. Akhirnya Ardiansyah dengan teknik permainan akhirnya menyudahi permainan. Ia memaksa Chandler yang tidak kuasa membendung air matanya untuk menyerah. Sementara itu Henley dapat menundukkan Bachtiar dan Miles dengan meyakinkan. Bukan hanya ia berhasil merebut gelar GM tapi ia juga membagi tempat pertama dengan Browne.
Turnamen berkesudahan dengan Browne merebut trofi Juara. Ia menyingkirkan Henley dengan SB yang lebih baik.
Unjuk kerja pemain tuan rumah, di luar Suradiradja dan Jacobus Sampouw, berkisar antara istimewa (Ardiansyah) hingga dapat diterima (pemain lainnya). Turnamen juga berjalan dengan lancar. Satu-satunya kekurangan adalah tidak terdapatnya nama Benny Kileng dalam daftar peserta. MF dari Jawa Barat ini adalah salah satu pecatur terbaik di negeri ini. Elo-nya 2395 menyamai Ardiansyah yang merupakan tertinggi di Indonesia.