1978.05.06-24. Setengah Kompetisi 13 babak. 14 pemain. Rating rata-rata 2353. Kategori V. Norma GM 10. Norma MI 8.5. Gelar MI: Rico Mascariñas.
Even ini pada mulanya terancam turun status menjadi turnamen tingkat MI. Beberapa hari sebelum dimulai tak satu pun GM yang diundang memastikan keikutsertaannya. GM Rosendo Balinas Jr dari Filipina tidak dapat datang ke Jakarta. Demikian halnya GM Belgia Albéric O’Kelly. GM Filipina lainnya, Eugenio Torre, masih menikmati bulan madunya. GM Miguel Quinteros, yang saat itu sedang bermain dalam putaran ke-2 di Wellington Selandia Baru, harus segera kembali ke negaranya, Argentina. Menurut aturan FIDE yang berlaku saat itu, sebuah turnamen GM sekurangnya harus diikuti oleh 3 pemain bergelar GM.
Balinas tak dapat diganggu lebih lanjut tapi penyelenggara dengan cekatan membuat solusi bagi GM lainnya. Quinteros diatur supaya dapat bermain 5 partai sebelum turnamen dimulai. Torre setuju untuk tiba terlambat di Jakarta. Akhirnya penyelenggara dapat membujuk O’Kelly untuk turut serta dengan pertolongan Presiden FIDE, Max Euwe.
Pemain-pemain unggulan berdasarkan Elo, Torre dan Quinteros, melaju dalam perolehan angka. Mereka akhirnya membagi tempat pertama. GM lainnya, O’Kelly, ketinggalan kereta. Ia akhirnya berakhir di posisi tengah. Ini dapat dipahami mengingat GM Belgia ini telah berusia 67 tahun. Rico Mascariñas adalah satu-satunya pemain yang cukup beruntung mendapatkan norma MI. Ini artinya ia telah melengkapi gelar MI-nya. Mascariñas mencatat norma MI pertamanya juga di Jakarta (Turnamen Master Asia 1976).
Hasil yang dicapai pemain-pemain tuan rumah menimbulkan pertanyaan besar. Posisi tertinggi bagi pemain Indonesia dicapai oleh MI veteran Arovah Bachtiar di posisi ke-5. Pemain-pemain Indonesia lainnya terlempar ke posisi bawah dalam tabel peringkat. Prestasi mereka sukar dipertanggungjawabkan, terutama untuk MI Ardiansyah and MI Herman Suradiradja. Dua bulan berselang Ardiansyah baru saja menjuarai putaran pertama di Baguio, Filipina. Suradiradja adalah MI terbaru Indonesia. Ia kemudian akan menjadi GM pertama Indonesia setelah sukses besar di Eropa Timur.